Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Tempat Makan
Program MBG di NTB serap 17.434 tenaga kerja, hidupi keluarga lokal
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-10 04:02:39【Tempat Makan】995 orang sudah membaca
PerkenalanKetua Satuan Tugas (Kasatgas) Makan Bergizi Gratis (MBG) Nusa Tenggara Barat (NTB), Ahsanul Khalik.

Kehadiran Program MBG dapat menghidupkan keluarga di NTB
Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) menyebutkan jumlah tenaga kerja lokal yang sudah terserap selama Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayah setempat mencapai 17.343 orang.
Ketua Satuan Tugas (Kasatgas) MBG NTB Ahsanul Khalik di Mataram, Selasa, mengangakan hingga 1 Nopember 2025 sebanyak 409 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah beroperasi di provinsi itu. Dari jumlah itu, 402 SPPG milik swasta atau mitra masyarakat, 4 ponpes, dan 1 SPPG yang didirikan oleh TNI AU Lanud ZAM dan 2 Polri.
"Di luar ini ada 84 SPPG dalam proses pembangunan. Mudah-mudahan akhir Nopember tuntas dan mulai beroperasi," ujarnya.
Dari 409 Satuan SPPG yang telah beroperasi di NTB, kata dia, jumlah tenaga kerja lokal yang berhasil diserap sebanyak 17.434 orang, dengan 1.391 pemasok lokal yang terlibat, 738 UMKM, 46 koperasi, 6 BUMDes, dan 601 pemasok mandiri.
Baca juga: Capaian program MBG di NTB lampaui rata-rata nasional
"Jadi, dari 409 SPPG ini ada 17.434 tenaga kerja lokal kita yang diserap," kata Ahsanul Khalik.
Selain fokus utama pada gizi anak, ibu hamil dan menyusui, lanjutnya, program ini juga secara eksplisit mencipngakan lapangan kerja dan memperkuat ekonomi lokal.
"Kehadiran Program MBG dapat menghidupkan keluarga di NTB," ujarnya.
Sementara jumlah SPPG yang sudah mengajukan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) sampai dengan 1 Nopember, kata dia, ada sebanyak 361 SPPG atau 88,3 persen. Selanjutnya 279 yang sudah miliki SLHS atau 68, 2 persen dan 301 sudah dilakukan inspeksi kesehatan lingkungan, 233 sudah dinyangakan laik operasi dan laik gizi.
"Itu dari hasil inspeksi tim," ucap Ahsanul Khalik.
Baca juga: Program MBG dongkrak perekonomian lokal di NTB
Lebih lanjut Staf Ahli Gubernur NTB Bidang Sosial dan Kemasyarakatan itu menyampaikan sebanyak 306 SPPG sudah mengikuti keamanan pangan, sehingga jumlah petugas SPPG dari 306 itu sekitar 14.386 penjamah makanan terlatih sudah ada di SPPG.
"Artinya dalam keamanan pangan Program MBG di NTB kita progresnya cukup bagus. Tapi ngak kemudian kita lalai, karena walaupun sudah SLHS bisa saja terjadi ada kasus-kasus menonjol keracunan karena kesalahan pengolahan bahan pangan yang ada di SPPG dan ini menjadi perhatian dan antisipasi kita," katanya.
Untuk diketahui Pemprov NTB menargetkan jumlah SPPG yang terbangun sebanyak 623 dengan 1,85 juta penerima manfaat (anak-anak sekolah, ibu hamil, dan ibu menyusui) dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 29.891 orang.
Baca juga: NTB dorong percepatan jangkauan program MBG
Suka(99241)
Artikel Terkait
- Mendagri: Inflasi YoY Oktober masih aman di angka 2,86 persen
- 6 gaya hidup anak muda yang diam
- BGN wajibkan SPPG masak dengan air galon guna cegah keracunan
- Ahli: Hirup mikroplastik jangka panjang berisiko picu penyakit paru
- Pemkab Banyuasin kumpulkan koordinator 34 SPPG evaluasi program MBG
- Akademisi Kesehatan: Anak dan lansia rentan sakit saat pancaroba
- HIPKA: Ekspor nonmigas tumbuh 8,96 persen tunjukkan minat global naik
- Anggota DPRD Jabar: Pengawasan Program MBG harus diperketat
- APMAKI minta polisi usut tuntas kasus nampan MBG pakai label palsu
- Ibu Negara Brasil bagikan indikator penting untuk nilai kesuksesan MBG
Resep Populer
Rekomendasi

Kapolri siapkan fitur lapor cepat pada aplikasi ojek daring untuk kamtibmas

Hamas: Cuma 980 truk bantuan masuk Gaza sejak gencatan senjata berlaku

Kementerian UMKM sebut realisasi KUR sektor produksi capai 70 persen

BNPB salurkan bantuan logistik pascabanjir untuk warga Aceh Jaya

Pemkot Jakbar tindaklanjuti kasus keracunan MBG di SDN Meruya Selatan

Mangut, kuliner tradisional dari pesisir Jawa

Ahli: Hirup mikroplastik jangka panjang berisiko picu penyakit paru

Menggeser pusat gravitasi ekonomi Indonesia